Rabu, 01 Juni 2016

Biografi Singkat Pendiri Organisasi Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Kelahiran : TGK.H.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Dilahirkan di Pancor Lombok Timur NTB pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 H. bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu’minah ) dengan seorang wanita shalihah bernama Hajjah Halimah al-Sa'diyah. Silsilah : Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sultan-sultan Selaparang, sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17. Keluarga : TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah. Ayahnya TGH. Abdul Madjid yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah" adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibunya Hajjah Halimah al-Sa'diyah terkenal sangat salehah. Sejak kecil al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Makkah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahnya-lah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjid Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibunya Hajjah Halimatus Sa'diyah ikut bermukim mendampingi dan mengasuh TGKH.M.Zainuddi sakitar selama Tiga tahu lebih sampai beliau (Ibu tercintanya) itu berpulang ke rahmatullah di Makkah kemudian dan dimakamkan di Mu’ala Makkah,yaitu tempat dimana Istri dan sahabat Nabi Muhammad Sayidat Khadijah,Abdurrahman bin Abu Bakar Asiddik dan Abdullah bin Zubair di makamkan. Pendidikan : Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji [membaca Al-qur'an] dan berbagai ilmu Agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Pendidikan Lokal : Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Kiyai (Tuan Guru)lokal, antara lain TGH. Syarafudin dan TGH. Muhammad Sa'id dari Pancor serta Tuan Guru Abdullah bin Amaq (Bapak)Dulaji dari desa,Kelayu Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca. Pendidikan di Mekah : Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammad Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang, kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. Syarafuddin. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah. Belajar di Masjid al-Haram : Beberapa saat setelah musim Haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syaikh Marzuki, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di Masjid Haram, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar. Selain itu juga sempat belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Makkah, yakni Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi dan pada saat itu berkenalan dengan Sayyid Muhsin Al-Palembangi, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah. Ketika ayah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada Syaikh Marzuki, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu selama ini. Namun, ia belum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan Syarif Husein dengan golongan Wahabi. Belajar di Madrasah al-Shaulatiyah : Dua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid muda berkenalan dengan seseorang yang bernama Haji Mawardi dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak masuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath Wafat : Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober 1997 M / 20 Jumadil Akhir 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 Wita di kediaman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Demikian lah Profil Singkat Tentang Beliau Semoga Bermanfaat! 

8 komentar:

  1. Ane ijin copas ya gan buat tugas kuliah :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan, jangan lupa cantumkan sumber nya

      Hapus
  2. pak kyai nya dari torikot apa gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau punya Torikot sendiri namanya Torikot Hizib Nahdlatul Wathan

      Hapus
  3. Apakah beliau mendirikan salah satu pondok pesantren?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau pendiri organisasi islam Nahdlatul Wathan yang menaungi ribuan pondok pesantren baik di Lombok - NTB bahkan di Nusantara

      Hapus
  4. Tokoh tokoh ulama islam ternyata banyak berjasa dalam awal terbentuk nya indonesia, namun disayang kan kini jasa mereka seakan terlupakan (bw)

    BalasHapus
  5. artikel bermanfaat gan ,, cari biografi orang yang berjasa lainya gan

    BalasHapus